Di sana, di ujung ruangan, dengan senyum ramah yang palsu terpahat di wajahnya, berdiri iblis dari masa laluku. (Bab 2, Wajah dari Neraka)
Rumah ini bukan surga. Ini adalah sangkar emas yang indah, dan aku adalah burung dengan sayap patah yang terperangkap di dalamnya. (Bab 3, Sangkar Emas di Surabaya)
Tidak ada lagi Dewi, menantu perempuan. Yang ada hanyalah Ratih, jalang tak berharga yang tubuhnya kini menjadi milik tuannya. (Bab 4, Belenggu Pertama)
Di tengah neraka penghinaan ini, tubuhku yang terkutuk justru menemukan percikan kenikmatan. Sebuah racun manis yang mulai merayap ke dalam pembuluh darahku. (Bab 5, Racun yang Manis)
Di antara aroma bawang dan kunyit, ia meniduriku seperti hewan, dan aku hanya bisa pasrah, menjadi salah satu bahan dalam resep rahasianya. (Bab 6, Resep Rahasia di Dapur)
Hanya beberapa jengkal dari suamiku yang tertidur, aku ditiduri oleh ayahnya, menjadi altar bagi dosa yang paling tak termaafkan. (Bab 7, Suami yang Tertidur)
Topengnya mulai retak, dan di baliknya, Beni bisa melihat monster yang telah ia ciptakan. (Bab 8, Topeng yang Retak)
Aku telah jatuh ke dalam jurang, dan aku bahkan tidak yakin apakah aku masih ingin diselamatkan. (Bab 9, Permainan Gairah Terlarang)
Aku... aku lebih suka ini... kontol Ayah... lebih nikmat... (Bab 10, Pengakuan Sang Pendosa)
Jerat itu telah berubah menjadi pelukan yang panas dan adiktif. Sebuah jerat abadi yang mengikat mereka berdua dalam dosa, dan tak satu pun dari mereka yang berniat untuk melepaskan diri. (Bab 11, Jerat Abadi)
***
Di sebuah rumah megah di Surabaya, Dewi mengira ia telah berhasil mengubur masa lalunya. Pernikahannya dengan Yadi, seorang pria baik hati dan tulus, adalah tiketnya menuju kehidupan baru yang terhormat, jauh dari gemerlap lampu merah dan nama samaran yang pernah ia sandang. Ia memainkan perannya sebagai istri dan menantu yang sempurna dengan begitu meyakinkan, berharap takdir akan membiarkannya menyimpan rahasia kelamnya selamanya. Namun, ia lupa bahwa bayangan tergelap seringkali bersembunyi di tempat yang paling terang.
Semua mimpi indahnya hancur pada hari ia bertemu dengan ayah mertuanya, Beni. Pria itu bukanlah sosok asing. Di balik senyum kebapakan dan tatapan berwibawanya, Dewi melihat iblis yang sama yang pernah mencoba membelinya dengan tumpukan uang, pria yang paling ia benci dari dunianya yang dulu. Kini, pria itu adalah keluarganya. Rumah yang seharusnya menjadi surga, dalam sekejap berubah menjadi sangkar emas yang paling indah sekaligus paling mengerikan, dengan sang predator mengawasinya dari setiap sudut.
Di bawah atap yang sama, sebuah permainan kejam pun dimulai. Dengan rahasia masa lalunya sebagai senjata, Beni mulai merenggut paksa apa yang tidak bisa ia beli dulu: tubuh dan kepatuhan Dewi. Siang hari, Dewi adalah menantu yang berbakti, namun saat malam tiba dan putranya terlelap, ia dipaksa menjadi pelayan nafsu sang mertua. Setiap sentuhan adalah penghinaan, setiap bisikan adalah ancaman, mengubah setiap jengkal rumah menjadi medan perang batin yang sunyi.
Namun, dalam neraka terlarang itu, sesuatu yang aneh mulai tumbuh. Tubuh Dewi, yang awalnya melawan dengan segenap jiwa, perlahan mulai mengkhianatinya. Sentuhan kasar yang ia benci justru membangkitkan gairah liar yang tak pernah ia rasakan dari suaminya yang lembut. Garis antara kebencian dan hasrat mulai kabur, mengubah tangis ketakutannya menjadi desahan nikmat yang tertahan. Ia mulai bertanya-tanya, siapa yang lebih bejat? Pria yang memaksanya, atau dirinya yang diam-diam mulai mendambakannya?
Ketika masa lalu tak lagi hanya menjerat, melainkan juga memeluk dengan gairah yang membakar, dapatkah seorang wanita membedakan antara penjara dan surga? Terjebak dalam pusaran dosa, Dewi harus menghadapi kenyataan bahwa pria yang paling ia benci mungkin adalah satu-satunya pria yang benar-benar bisa membuatnya merasa hidup, bahkan jika itu berarti menghancurkan segalanya, termasuk dirinya sendiri.
Contents:
Bunga Malam yang Gugur—1
Wajah dari Neraka—19
Sangkar Emas di Surabaya—33
Belenggu Pertama—47
Racun yang Manis—69
Resep Rahasia di Dapur—85
Suami yang Tertidur—101
Topeng yang Retak—117
Permainan Gairah Terlarang—131
Pengakuan Sang Pendosa—145
Jerat Abadi—161