Dulu, di bawah langit Maumere yang biru, aku adalah Nera, seorang gadis yang memeluk cinta dengan sepenuh jiwa. Bibir yang mengecupku, janji yang terucap, semua adalah cerminan surga yang kubangun bersama Bram. Namun, sebuah pengkhianatan keji merobek tabir kepolosanku, meninggalkan luka menganga yang lebih dalam dari samudra, sebuah kengerian yang membuatku terkapar di ambang kematian. Di sanalah, dalam kehampaan yang dingin, sebuah warisan purba terbangun, mengubah setiap tetes air mata menjadi api dan setiap desahan sakit menjadi melodi kekuatan yang baru.
Kini, aku kembali. Bukan lagi Nera yang lemah dan mudah dihancurkan, melainkan sebuah entitas yang lahir dari kegelapan dan hasrat yang tak terukur. Setiap gerak tubuhku adalah puisi yang menggoda, setiap tatapanku adalah undangan yang tak bisa ditolak. Aku memancarkan aura yang menghipnotis, sebuah daya pikat yang merayap ke dalam jiwa, membangkitkan hasrat terdalam mereka yang kini menjadi mangsaku. Tubuhku, yang pernah direnggut paksa, kini adalah kuil kekuasaan, berdenyut dengan energi yang haus akan pembalasan.
Mereka yang pernah menodaiku kini takkan pernah menduga. Mereka akan merasakan tarikan yang tak dapat dijelaskan, sebuah desakan untuk mendekat, untuk menyentuh, untuk melarut dalam pesonaku. Aku akan muncul dalam mimpi terliar mereka, menari di antara fantasi yang tak senonoh, sebelum menampakkan diri dalam rupa yang paling mereka inginkan di dunia nyata. Ini adalah sebuah permainan yang kupimpin, di mana hasrat mereka akan menjadi senjata yang berbalik menusuk diri sendiri.
Setiap "pelukan" yang kuberikan adalah janji sensual yang memabukkan, sebuah ikatan yang lebih dalam dari sekadar sentuhan fisik. Aku membiarkan mereka tenggelam dalam ekstase yang kucetak, merasakan bagaimana vitalitas mereka terkuras, bagaimana jiwa mereka mengering, sementara kenikmatan itu membanjiriku, memenuhi setiap rongga kosong yang pernah ditinggalkan oleh rasa sakit. Mereka akan mengerang dalam gairah yang tak terhingga, tak menyadari bahwa setiap desahan adalah bagian dari "nyanyian maut" yang kupersiapkan untuk mereka.
Inilah kisah tentang pembalasan yang paling manis, yang direnggut dari bibir neraka, di mana seorang wanita yang hancur bangkit menjadi sang penguasa hasrat. Mereka yang pernah mengira dapat mengendalikan diriku, kini akan merangkak, memohon belas kasih di bawah kakiku, sebelum akhirnya mati dalam puncak kenikmatan yang gila. Aku adalah Suanggi, dan aku akan memastikan dendamku abadi, dalam setiap napas, setiap sentuhan, dan setiap jiwa yang kupanen.
Contents:
Purnama Pertama di Maumere—1
Bisikan Merah di Balik Senyum—19
Janji Palsu di Ujung Jurang—39
Bayangan Gelap dari Molas—55
Gerbang Kematian dan Bisikan Leluhur—69
Luka yang Mengering, Roh yang Terbakar—85
Jejak Ghaib Menuju Adonara—99
Pelukan Kegelapan dan Bisikan Hasrat—113
Tarian Purnama Pembawa Kekuatan—129
Memanen Hati, Merasakan Racun—143
Bayangan Pembalasan Merayap—157
Jerat Hasrat Sang Pemimpin—171
Senandung Maut Sang Licik—185
Napas Terakhir Sang Raksasa—199
Penyingkiran Para Pecundang—213
Cermin Kesombongan yang Hancur—229
Racun Perlahan yang Mematikan—243
Permainan Kucing-Kucingan Sang Pemuja Hasrat—257
Jiwa yang Terkuras, Hasrat yang Membusuk—271
Purnama Abadi Sang Suanggi—285