Dia, Dini, adalah bayangan kesempurnaan. Primadona kampus yang kini menjelma manajer sukses, dengan senyum menenangkan dan tutur kata lembut yang membungkus rahasia di baliknya. Di depan mata dunia, ia adalah anak Pak Haji yang alim dari Kampung Ngemplak, guru PAUD yang tulus, istri setia yang tak pernah sekalipun mengeluh. Namun, di balik semua topeng itu, ada desahan tersembunyi, aroma pengkhianatan yang tak mampu ia sembunyikan sepenuhnya. Aku, Rudi, adalah suaminya yang pecundang, yang terhimpit kecemburuan dan rasa minder, namun yang sebentar lagi akan menjadi saksi bisu dari setiap inci kebohongan yang ia jalani.
Pikiranku ditarik ke dalam dimensi lain, menembus tabir raga, memasuki alam astral. Bukan lagi sebatas mata fisik yang mengintip dari balik tirai. Dengan Raga Sukma, aku menjadi bayangan yang mampu menembus tembok, melihat Dini bergelut dalam hasrat membara di ranjang yang bukan ranjang kami, dengan pria lain yang bukan aku. Setiap desahan, setiap sentuhan, setiap lekukan tubuhnya yang menggeliat dalam kenikmatan, adalah kebenaran yang kejam, mengoyak citra sempurna yang selama ini ia pamerkan.
Namun, di tengah pengamatan itu, hasrat liarnya membawaku lebih jauh.
“Gema Astral" menyergap, menyeretku ke masa lalu, ke sudut-sudut paling gelap dari jiwanya yang tersembunyi. Aku melihatnya—Dini, yang masih begitu belia, baru lima belas tahun, tubuhnya bergetar di bawah sentuhan kasar mahasiswa kos-kosan bernama Dino. Aroma dosa pertama, gairah remaja yang polos namun mengikat, telah menodai kesucian yang selalu ia klaim.
Montase mengerikan itu terus berkelebat. Dini, bukan hanya dengan Dino, tapi dengan pria-pria lain: seorang guru olahraga SMA, senior kampus, rekan bisnis, bahkan teman biasa. Ia menjeritkan nama-nama yang tak kukenal, menyerahkan diri pada hasrat di berbagai tempat dan posisi. Aku merasakan gema gairah Dini yang liar, yang begitu bebas dan eksploratif, begitu jauh dari Dini yang kalem di sisiku. Aku melihat bagaimana ia mencicipi setiap kenikmatan, begitu mudah beralih dari satu ranjang ke ranjang lain, mengukir jejak hasrat yang tak terhingga di sepanjang hidupnya.
Dan yang paling menyakitkan, rahasia terdalam terkuak. Sebelum kami menikah, anak pertama yang akhirnya keguguran—yang kutangisi sebagai darah dagingku sendiri—ternyata adalah benih hasratnya dengan Andika, sang mantan pacar. Aku telah berduka untuk anak orang lain, dikelabui oleh kebohongan paling brutal. Di tengah kehancuran itu, Raga Sukma memberikan sebuah kekuatan baru. Bukan hanya melihat. Aku bisa menyentuh, dan sentuhanku akan terasa. Api dendamku kini menemukan jalan. Hasrat gelapku akan mencari pembalasan, bukan lagi hanya mengintip, tapi mencipta hasratku sendiri di alam yang tak terjamah.