Kemukus

Ririn tak pernah tahu hasrat apa yang tersembunyi dalam tubuhnya—payudaranya besar dan kencang, pinggulnya penuh, tapi dia gadis pemalu yang tak pernah disentuh. Di Jakarta yang kelabu, hidupnya cuma bayang-bayang keluarga bangkrut, sampai Laras datang dengan tawaran manis yang bikin jantungnya bergetar. Dia bilang cuma pelatihan sehari, tapi Ririn tak tahu itu bakal bawa dia ke Bukit Kemukus—tempat terlarang penuh obor merah dan bau kemenyan yang memabukkan. Di gua gelap itu, dia dipanggil Ratu, dan ritual mesum yang dia tak bisa tolak mulai ubah tubuhnya jadi sesuatu yang liar, sesuatu yang haus. Apa yang dia pikir cuma mimpi ternyata nyata, dan dia tak bisa balik lagi.

Di dalam gua Bukit Kemukus, Nyai Sari dan pengikutnya—Wulan yang sensual, Dewi yang polos—menatap Ririn dengan mata penuh rahasia. Mereka bilang dia titisan Ratu Mesum, dewi yang hidup dari hasrat pria, dan tubuhnya adalah altar untuk ritual kuno. Pria-pria terpilih nyatu sama dia, energi mereka mengalir ke lobangnya, bikin memeknya gatal tak tertahankan, dan darah pertamanya jadi tanda dia tak lagi manusia biasa. Ririn takut, tapi dia suka—setiap sentuhan, setiap bisikan wanita merah dalam mimpinya, bikin dia pengen lebih, pengen jadi ratu yang mereka sembah. Tapi apa yang mereka sembunyikan di balik senyum mereka, dan kenapa pria-pria itu hilang satu per satu?

Kembali ke Jakarta, Ririn tak sama lagi. Restoran keluarganya yang dulu reyot jadi kerajaan kuliner, pelanggan datang tanpa henti, duit mengalir kayak air. Andi dan Bunga, orang tuanya, tak tahu rahasia di balik keajaiban ini—tak tahu Ririn pulang tiap malam Jumat dengan badan panas dan mata berkilat, bau keringat pria asing di kulitnya. Dia tak tua, payudaranya tetap kencang, dan hasratnya tak pernah mati, bikin orang-orang di sekitarnya gemetar cuma dengan tatapannya. Di gang-gang gelap, dia cari perjaka, nyatu sama mereka, ambil energi mereka, dan tinggalkan mereka lemah—ritual mesum yang dia nikmati, yang bikin dia jadi ratu abadi Bukit Kemukus.

Setiap tahun, dia balik ke Bukit Kemukus, pimpin orgy liar di gua itu, tubuhnya jadi pusat hasrat Wulan, Dewi, dan pria-pria baru yang tak tahu nasib mereka. Memeknya basah abadi, payudaranya penuh tenaga, dan dia suka—setiap sentuhan bikin dia kuat, setiap energi yang dia sedot bikin dia tak tersentuh waktu. Tapi ada bayang gelap di balik semua ini—Pelayan Terpilih lama lenyap, Dewi hilang tanpa jejak, dan Nyai Sari mulai takut, matanya penuh keraguan meski dia bilang Ririn adalah Ratu Mesum sejati. Wanita merah itu, sosok dari mimpi Ririn, muncul lebih sering, bisikannya lebih dingin, senyumnya lebih tajam. Apa yang dia mau dari Ririn, dan apa yang terjadi kalau hasrat ini berhenti?

Sekarang, bertahun-tahun kemudian, Ririn berdiri di puncak kejayaannya, penthouse-nya jadi singgasana, Jakarta jadi miliknya. Dia tak mati, tak tua, dan memeknya gatal selamanya, tapi ada rasa aneh di dadanya—apa yang nunggu kalau dia lelet ambil energi? Restoran keluarganya sukses, Andi dan Bunga tak tahu dia ratu mesum yang lahir dari Bukit Kemukus, dan Ririn senyum ke kota, bilang dia tak bakal berhenti. Tapi di balik lampu-lampu, ada bisikan wanita merah, "Aku tak pernah selesai," dan Ririn tak tahu apa yang mengintai di ujung kekekalannya. Kebebasan, atau jeratan yang lebih mesum dari yang dia bayangkan?

Contents:

Usaha Ayah yang Bangkrut—1

Bisikan di Bukit—15

Wanita Asing yang Menawarkan Bantuan—31

Perjalanan ke Bukit Kemukus—45

Tarian di Liar Gua—61

Ritual Awal Membangkitkan Ratu—75

Ritual Mesum Berikutnya—85

Senggama Bersama—109

Ratu yang Bangkit—133

Ritual Mengambil Keperjakaan—145

Ritual Pesta Seks Tahunan—161

Ratu yang Abadi—179