Keintiman semacam itulah yang membuat saya merasa senang menggali pengalaman dari para tokoh yang memainkan-memanaskan alur konflik dalam teks, meski saya sadari tokoh-tokoh itu saya ciptakan sendiri. Keasyikan lain menulis naskah lakon, saya punya teman imajiner yang sulit saya perinci dari mana mereka berasal. Mereka bisa jadi penyambung lidah sehimpun perasaan dan kehendak yang tidak mungkin saya sampaikan secara verbal di tengah-tengah masyarakat. Dan ketika teks lakon dihidupkan di atas panggung oleh tangan sutradara dan tubuh-tubuh para aktornya, lalu saya menyaksikan bagaimana tokoh-tokoh ciptaan itu bernapas, menari, berkeringat, tentu tidak perlu saya terangkan bagaimana perasaan saya saat itu.
Bagai memiliki republik sendiri, dunia sendiri, alamnya sendiri, dalam menulis naskah lakon saya jadi ‘tuhan’ untuk tokoh-tokoh dalam teks. Mereka saya beri nyawa, lalu bertemu dengan tokoh ciptaan lain di suatu tempat di suatu massa. Lalu Mereka bercakap dalam beberapa adegan atau babak, memulainya dengan pengenalan hingga klimaks, bahkan tidak menemukan pangkal penyelesaian. Lebih dari itu, nasib dan takdir mereka sudah saya tentukan sendiri.
Para tokoh dalam naskah yang termaktub dalam buku yang Tuan dan Puan pegang ini, telah bertemu dengan para tangan sutradara dan tubuh para aktor dalam ruang pentas, dalam berbagai macam bentuk pemanggungan. Kepada mereka yang telah mementaskannya, saya hanya bisa mengantarkannya—demikianlah perangai para tokoh ciptaan itu, semoga Tuan dan Puan mau memaklumi keberadaan mereka.
Bode Riswandi lahir di Tasikmalaya, 6 November 1983. Mengajar di FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Siliwangi Tasikmalaya (Unsil). Bergiat di Rumah Budaya Beranda 57, dan Teater 28. Menulis puisi, cerpen, esai, dan naskah drama. Beberapa karyanya dipublikasikan di beberapa media massa di antaranya Pikiran Rakyat, Majalah Syir’ah, S. K. Priangan, Tabloid MQ, Puitika, Lampung Post, Bali Post, Koran Minggu, Majalah Sastra Aksara, Jurnal Bogor, Tribun Pontianak, Majalah Sastra Sabana, Jurnal Amper, Jurnal Kebudayaan AKAL dll. Selain itu beberapa karyanya juga terhimpun dalam beberapa antologi: Biograpi Pengusung Waktu (RMP, 2001), Poligami (SST, 2003), Kontemplasi Tiga Wajah (Pualam, 2003), Dian Sastro For President #2 (Akademi Kebudayaan Yogyakarta, 2003), Jurnal Puisi (Yayasan Puisi, Jakarta 2003), End of Trilogy (Insist Press, Yogyakarta 2005), Temu Penyair Jabar-Bali (2005), Sang Kecoak (InsistPress, 2006), Lanskap Kota Tua (WIB, 2008), Tsunami, Bumi Nangroe Aceh (Nuansa, 2008), Rumah Lebah Ruang Puisi (Yogyakarta, 2009), Pedas Lada Pasir Kuarsa antologi Temu Sastrawan Indonesia II (2009), Antologi Penyair Muda Indonesia-Malaysia (2009), Mendaki Kantung Matamu (Ultimus, 2010), Istri Tanpa Clurit (Ultimus 2012), Dada Tuhan (Komunitas Malaikat, 2013), Akulah Musi, Air Akar (Gramedia, 2012), dll.Tahun 2005 cerpen berjudul Istri Tanpa Celurit menang dalam sayembara menulis Cerpen Nasional. Pada tahun yang sama menjadi duta kesenian dalam misi kebudayaan ke Malaysia. Tahun 2010 mendapat Pemerintah Kota Tasikmalaya. Buku kumpulan puisinya “Mendaki Kantung Matamu” masuk 10 besar Khatulistiwa Literary Awards di tahun 2010. Tahun 2012 mendapat penghargaan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI sebagai pengagas Gerakan Tasikmalaya Membaca. Pada tahun 2013 Mansukrip Puisinya “Dada Tuhan” merupakan lima besar Jabar Awards. Di tahun 2014 mendapat penghargaan Anugerah Peduli Pendidikan dari Mentri Pendidikan Republik Indonesia. Tahun 2014 naskah lakon sunda bertajuk “Hak Peto” menjadi naskah favorit terbanyak dipentaskan dalam Festival Drama Basa Sunda di Bandung. Tahun 2015 didaulat menjadi Ketua Dewan Kesenian Kota Tasikmalaya. Di tahun ini pula diundang Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk menulis Naskah Lakon “Album Keluarga ’65”. Tahun 2015 diundang Tahun 2016 Diundang sebagai pembicara sekaligus pembaca puisi di Kuala Lumpur Malaysia. Tahun 2016 mendapat penghargaan dari pemkot Tasikmalaya. Tahun 2017, beberapa puisinya termaktub dalam antologi puisi Malaysia-Indonesia “Ketika Hitam Dikatakan Putih, Sajak Tetap Bersuara” (Yayasan Obor & ITBM-Malaysia).
Buku terbarunya “Mereka Terus Bergegas ” (Langgam Pustaka, 2019) kumpulan puisi, masuk 10 besar Hari Puisi Indonesia 2019.