Sang salik yang terus saja mendaki, menghela napas syukur, tak berhenti menempa jiwa-rasanya, menumbuhkan pribadi super, matang, tangguh secara rohani.
Hati yang terbina, selalu menjumpai kekasih tunggalnya, Allah, s.w.t.
Di sini perlunya bersuluk, buat mengikat hati kepada Allah. Puncaknya seorang salik memiliki rasa ber-Tuhan yang kuat. Mencapai maqam Hamba Rabbani, yang sangat dekatnya pada-Nya, atau kalbu yang diliputi ke-Ilahian.
Bagaimana akan bisa merasai haqiqat, jikalau tidak menempuh jalan tareqat. Dan, untuk masuk menembus ke dalam cakrawala beningnya cahaya makrifat, tentu diperlukan menaiki perahu haqiqat.
Sebagaimana intuisi yang dianugerahkan kepada sang salik, bisa merupakan kunci atau cermin utuh bagi para penempuh, ternukil : Sembunyikan dirimu sedalam-dalamnya,Dalam Rupa-Ku, Dalam Wujud-Ku, Dalam Kehendak-Ku.
Surasono Rashar Akbar. Lahir di Lahat, 6 Oktober 1960. Sejak 1981 hijrah ke Lumajang. Pendidikan SLTA di Tegal dan Sarjana Pertanian, Jurusan Agribisnis. Tahun 1982 ia mendirikan Sanggar Sastra Suluk DIAN Lumajang. Aktif menulis mulai 1979 berupa puisi suluk, reportase, novel, feature, artikel. Karyanya dipublikasikan di koran dan majalah, antara lain : Bahana Brunei, Berita Buana, Horison, Jogja Post, Bali Post, Akcaya, Pikiran Rakyat, Surabaya Post, Eksponen, Yudha Minggu, Mutiara, Suara Indonesia, Swadesi, Simponi.