Bab 1 – LAHIRNYA TENTARA KEAMANAN RAKYAT
Bab 1 mengisahkan peristiwa serangan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 yang menyebabkan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu dan menjadi momentum untuk Indonesia memproklamasikan kemerdekaan RI. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, para tokoh pejuang kemerdekaan membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berasal dari Badan Penolong Korban Perang (BPKP). Kemudian, pada 5 Oktober 1945 Presiden Soekarno mengeluarkan Maklumat No 6 tentang pembentukan angkatan perang yang diberi nama Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sejarah lalu mencatat TKR yang berdiri pada 5 Oktober 1945 diubah namanya menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) pada 25 Januari 1946 dan pada tanggal 3 Juni 1947 Tentara Republik Indonesia (TRI) berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan dimuat dalam Berita Negara Tahun 1947 No. 24. Di akhir bab, diceritakan tentang perjuangan-perjuangan TNI mulai dari mempertahankan Kemerdekaan RI, peran TNI pasca kemerdekaan hingga reformasi.
Bab 2 – CIKAL BAKAL CORPS POLISI MILITER
Bab 2 mengungkap sejarah berdirinya Corps Polisi Militer (CPM) yang berasal dari Polisi Tentara dan sudah ada sejak lahirnya Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dalam bentuk Divisi Polisi Tentara TKR. Pada tanggal 22 Juni 1946 saat Konferensi Polisi Tentara Jawa Madura di Hotel Kopeng yang bermula dari gagasan S. Parman dan Sutoyo Siswomiharjo serta didukung oleh seluruh peserta maka diputuskan pemberian nama Divisi Gajah Mada sebagai sebutan untuk Divisi Polisi Tentara TKR. Penataan organisasi Polisi Tentara terus dilaksanakan seiring perkembangan organisasi TKR. Pada tanggal 20 Maret 1948, dibentuklah Corps Polisi Militer (CPM) dengan komandan sementara Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) Komodor Udara Suryadarma. Sejarah mencatat berbagai penataan organisasi CPM selanjutnya hingga menjadi Pomad. Di akhir bab, diceritakan peran CPM dari masa kemerdekaan hingga reformasi. Pada HUT CPM ke 77 tahun 2023, Danpuspomad sudah mengungkapkan sejarah organisasi Polisi Tentara yang pertama kali diresmikan oleh Presiden Soekarno, yakni Divisi Sapujagat. Fakta tersebut sudah dimasukkan dalam buku ini untuk melengkapi perjalanan sejarah dan perkembangannya CPM dari Divisi Sapujagat sampai menjadi Pomad.
Bab 3 - JEJAK PERJUANGAN PRAJURIT CPM LAMPUNG
Bab 3 menceritakan peristiwa pembentukan PKR, TKR dan Polisi Tentara di Lampung. Diawali pada tanggal 23 Agustus 1945 di Lampung, Mr. A. Abbas sebagai salah seorang anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dari Sumatera membawa kabar bahwa di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 telah diproklamasikan kemerdekaan RI oleh Soekarno-Hatta. Informasi tersebut kemudian membuat para tokoh masyarakat dan pejuang Lampung bersiap untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang yang masih berkuasa sekaligus melucuti senjata dari tentara Jepang. Dalam bab ini diceritakan berdirinya CPM Kompi C Batalyon Garuda Lampung dan sejumlah peristiwa pertempuran yang terjadi antara pasukan CPM dan tentara Belanda dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI di wilayah Lampung dan Sumatera Bagian Selatan hingga akhirnya terjadi gencatan senjata dan pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda di Kotabumi.
Bab 4 – PARA TOKOH PEJUANG & PAHLAWAN CPM LAMPUNG
Bab 4 menceritakan tentang profil dan kisah para tokoh pejuang dan pahlawan CPM Lampung yang telah berjuang mempertahankan kemerdekaan RI. Mereka yang terlibat dalan pertempuran sengit antara prajurit CPM Lampung melawan tentara Belanda dalam perang di sejumlah daerah di Lampung khususnya dan Sumatera Bagian Selatan pada umumnya telah meninggalkan kisah heroik, kejuangan dan kepahlawanan para prajurit CPM Lampung. Nama-nama para pejuang dan pahlawan CPM Lampung tak hanya layak dikenang, lebih dari itu penting diabadikan dan dijadikan teladan bagi generasi penerus TNI dan CPM, serta generasi muda Indonesia.
Bab 5 – MONUMEN PERJUANGAN CPM LAMPUNG
Bab 5 mengisahkan sejarah Monumen Perjuangan CPM Kompi C Batalyon Garuda Lampung yang didirikan di Desa Panggungrejo, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung untuk mengenang perjuangan prajurit CPM Kompi C Batalyon Garuda Lampung dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan RI pada masa Agresi Militer II Belanda. Monumen ini dibangun tahun 1988 oleh CPM Garuda Hitam Bandarlampung, diresmikan Gubernur Lampung Poedjono Prayoto tanggal 19 Juni 1988. Berdirinya monumen Perjuangan CPM Kompi C Batalyon Garuda Lampung atas inisiatif beberapa anggota CPM yang mengalami secara langsung perjuangan dalam menghadapi Agresi Militer II Belanda di wilayah Lampung. Para inisiator pembangunan monumen tersebut di antaranya Samsul Bahri, Yahya Murad dan Raji Yahya yang difasilitasi oleh Mustajam, tokoh masyarakat Pringsewu dan pemilik lahan monumen. Pada masa perang kemerdekaan RI, Mustajam menjadi bagian dari pasukan Laskar Pejuang yang turut membantu CPM selama melaksanakan pertahananan negara di Desa Panggungrejo. Mustajam bertugas mengantar beras dan makanan lainnya dari Bandar Lampung ke Desa Panggung Rejo. Ia juga menyediakan rumahnya sebagai markas para prajurit dan pejuang.
ZULFIKAR FUAD adalah penulis buku biografi dan sejarah. Selama 22 tahun berkarya, ia telah menulis lebih dari 70 judul buku kisah hidup dan sejarah. Profil penulis: https://www.goodreads.com/