Lalu ada kesadaran. Kesadaran bukanlah "otak" atau "pikiran". Lalu apa itu kesadaran? Ini adalah gagasan yang telah memikat para filsuf dan ilmuwan selama ribuan tahun. Bagi sebagian orang, kesadaran sama dengan impuls kimia dan listrik di otak. Bagi yang lain, kesadaran adalah misteri alam yang paling dalam, sesuatu yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sains. Filsuf Descartes, pada abad ke-17, menyarankan perbedaan radikal antara pikiran dan tubuh: "Saya berpikir, maka saya ada". Namun, berpikir tidak berarti memahami. Asal mula kesadaran yang sebenarnya tetap tidak dapat dipahami.
Pada abad ke-20, ilmuwan seperti fisikawan Roger Penrose dan ahli anestesi Stuart Hameroff mengemukakan pertanyaan yang lebih mengejutkan. Apakah kesadaran berkaitan dengan fisika kuantum? Ide-ide mereka dapat mengubah cara kita memaknai tempat kita di alam semesta selamanya. Menurut mereka, proses kuantum mungkin terjadi di dalam mikrotubulus neuron di otak, yang menunjukkan bahwa kesadaran bukan hanya produk biologis, tetapi fenomena yang terkait dengan hukum-hukum dasar alam semesta.
Bayangkan sejenak: jika mereka benar, ini berarti kesadaran tidak hanya ada di sini, di dalam pikiran kita, tetapi terhubung dengan sesuatu yang lebih besar, mungkin struktur kosmos itu sendiri. Mungkinkah ada jaringan tak terlihat yang menghubungkan pikiran semua makhluk hidup? Atau mungkin, kesadaran adalah pintu yang dapat diakses oleh otak kita, tetapi ada secara independen dari kita? Mungkinkah otak kita adalah "antena penerima" yang terhubung ke kesadaran universal?
Perbedaan antara otak, pikiran, dan kesadaranlah yang memunculkan pertanyaan-pertanyaan ini. Otak bersifat fisik, nyata. Otak adalah jaringan sel dan energi yang rumit. Pikiran lebih halus – tidak berwujud, tetapi nyata. Kesadaran, di sisi lain, adalah misteri besar: kesadaran adalah "perasaan" yang memungkinkan kita untuk menyadari apa yang kita alami. Akhirnya, kesadaran kuantum memperluas cakrawala lebih jauh lagi, mendorong batas menuju tak terhingga.
Namun, kisah tentang sains dan filsafat ini bukan hanya masalah modern. Chandogya Upanishad, teks-teks Hindu kuno, menulis: "Seluruh alam semesta berada di dalam diri, dan diri adalah alam semesta."
Hingga hari ini, ahli saraf, fisikawan, dan pemikir terus melanjutkan dialog ini. Carl Sagan menyatakan: "Otak manusia adalah objek paling kompleks dan terorganisir di alam semesta yang kita kenal."
Buku ini dimulai dari anatomi otak, untuk menemukan keajaiban cara kerjanya. Mengikuti narasi ini, kita akan menyelidiki pikiran: bagaimana ia lahir? Apakah ia merupakan produk dari aktivitas otak ataukah ia ada secara independen? Selanjutnya, kita akan menjelajahi kesadaran dalam segala dimensinya, dari implikasi filosofis hingga tantangan ilmiah. Akhirnya, kita akan sampai pada bidang yang paling berani: kesadaran kuantum. Ini adalah teori, tentu saja, tetapi juga undangan untuk berpikir lebih besar.
Melalui perjalanan yang menggabungkan fisika, metafisika, dan filsafat, kita akan bertemu dengan beberapa pemikir terbesar dalam sejarah. Pria dan wanita yang berani menantang batas-batas pengetahuan untuk lebih memahami arti hidup. Satu hal yang pasti: dengan meneliti kedalaman diri kita, kita tidak bisa tidak menatap langit, bertanya-tanya apakah jawabannya sudah tertulis dalam ketidakterbatasan yang tak terduga, di balik bintang-bintang.
Bruno Del Medico, lahir pada tahun 1946 di Sabaudia (Italia), selama karier kerjanya telah berkecimpung di bidang informatika dan pengembangan perangkat lunak. Selanjutnya, ia mengabdikan diri untuk mempelajari dan menyebarluaskan teori-teori ilmiah terkini, seperti teori kuantum dalam arti metafisikanya. Saat ini, Bruno Del Medico adalah penulis berbagai karya yang diterbitkan oleh Edizioni PensareDiverso. Karya Bruno Del Medico berbeda dari narasi tradisional di bidang ilmu teknik karena pendekatannya yang kritis, independen, dan tidak konvensional. Alih-alih membatasi diri pada interpretasi standar atau konsensus umum tentang tema-tema murni ilmiah, Bruno Del Medico mengeksplorasi perspektif alternatif yang sering kali bertentangan dengan arus utama, mempertanyakan asumsi-asumsi yang diterima secara umum. Ciri khas karyanya adalah kemampuannya untuk mengaitkan sains, etika, dan filsafat dalam dialog terbuka, yang mendorong pembaca untuk berpikir secara mandiri dan mempertimbangkan implikasi yang lebih dalam dari inovasi teknologi dan ilmiah.