Udara di luar rumah terasa dingin dan sendu, seperti kulit yang siap melepaskan diri dari tubuh. Satu dari sekian ribu pertanyaan mampir dikepalaku. Seperti Sajak Patah yang selalu merasuki pikiran penulisnya sendiri. Aku membayangkan setiap sore ; ibu menyiram bunga dihalaman rumah, dipintu ayah berdiri dan bersiul seperti api kluar dari mulutnya. Hangat, semua wajah yang menyukai keheningan, Runtuh dalam seluruh barisan puisi dan aksara buta tanpa makna.