Di sebuah puncak yang sering kali diselimuti kabut, berdiri sebuah tempat yang lebih dari sekadar vila mewah; ia adalah sebuah laboratorium cinta, sebuah kuil kejujuran radikal. Di sini, pasangan-pasangan yang saling mencintai datang bukan untuk lari dari satu sama lain, melainkan untuk berlari menuju sebuah kebenaran yang lebih dalam. Perjalanan mereka selalu dimulai dengan sebuah ritual di siang hari: disambut oleh sang pemandu, Ani Marliana, mereka akan menandatangani "Kontrak Kenikmatan"—sebuah perjanjian tertulis yang secara simbolis melepaskan hak kepemilikan dan membuka gerbang menuju kemungkinan tak terbatas. Ini adalah langkah pertama, sebuah sumpah untuk saling percaya bahkan saat berada dalam pelukan orang lain.
Setiap kisah di Vila Kenikmatan dipandu oleh dua pilar utama. Ada Ani Marliana, sang arsitek kenikmatan, yang dengan senyumnya yang penuh teka-teki mengatur panggung dan membisikkan aturan dari dunia yang beroperasi di luar norma. Ia adalah sang pendeta tinggi yang mengerti bahwa hasrat adalah bahasa universal. Lalu ada Dr. Linda Asih, sang penerjemah jiwa, yang menunggu di ujung badai. Tugasnya adalah membantu para pasangan merangkai kembali kepingan-kepingan hati dan ego mereka setelah malam pelepasan, memastikan bahwa apa yang mereka temukan di dalam kegelapan bisa dibawa ke dalam terang.
Setiap akhir pekan, sebuah ritual yang sama terulang. Setelah menandatangani perjanjian dan beristirahat sejenak di kamar mereka, sepasang kekasih baru akan bergabung dengan para penghuni lainnya dalam sebuah acara perkenalan yang santai. Di tepi kolam yang tenang, di antara canda tawa dan gelas-gelas minuman dingin, ketegangan mulai mencair. Di sinilah peraturan-peraturan tak tertulis mulai dibagikan, bukan oleh Ani, melainkan oleh pasangan veteran seperti Marsel dan Maya—bisikan-bisikan bijak tentang etiket, tentang cara membaca isyarat, dan tentang pentingnya rasa hormat di tengah kebebasan.
Dari suasana akrab itulah, eskalasi erotis dimulai. Ani akan menginisiasi permainan-permainan sensual yang dirancang untuk memecah batas fisik dan psikologis. Sebuah tarian, sebuah ciuman dalam dalih permainan, adalah percikan api yang disengaja untuk menyulut rasa penasaran. Di sinilah pasangan kita mulai merasa nyaman untuk melirik orang lain, merasakan getaran ketertarikan pada tubuh asing, dan melihat pasangannya sendiri menjadi objek hasrat bagi orang lain. Semua ini adalah pemanasan yang disengaja, sebuah jalan yang dipersiapkan dengan cermat menuju puncaknya: pelepasan hasrat total di dalam Ruang Merah, sebuah altar di mana setiap fantasi—termasuk hasrat jujur untuk merasakan pria lain, bahkan wanita lain—tidak hanya diizinkan, tapi juga dirayakan dalam sebuah orgy yang membebaskan.
Namun, setiap perjalanan di Vila Kenikmatan akan berakhir pada sebuah persimpangan. Setelah badai di Ruang Merah berlalu dan sesi konsultasi pagi bersama Dr. Linda membantu mereka memahami makna dari pengalaman mereka, setiap pasangan akan dihadapkan pada sebuah pilihan fundamental. Apakah pengalaman ini hanyalah sebuah liburan singkat dari realitas, sebuah cerita panas untuk disimpan rapat-rapat sebelum kembali ke kehidupan monogami yang aman? Atau, apakah ini adalah sebuah pembaptisan? Sebuah undangan untuk meninggalkan dunia lama mereka dan memilih untuk tinggal, menjadi penghuni tetap di surga kecil yang berbahaya ini, di mana berbagi bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah cara hidup.