Di balik bayang-bayang kejayaan yang telah pudar, Ajeng—seorang perempuan dengan pesona yang membius dan hasrat yang tersembunyi—terjebak dalam labirin keputusasaan. Keluarganya, yang dulu mengarungi samudra kemewahan, kini terhempas badai, meninggalkan Ajeng pada ambang batas antara martabat dan kehancuran. Dalam kesendirian yang mendalam, ia seringkali mencari kelegaan, sebuah sentuhan pribadi yang meredakan gejolak purba dalam dirinya, namun tak pernah mampu memadamkan api yang bersemayam di sana. Ketika bisikan tentang sebuah tempat keramat, Gunung Kemukus, menjanjikan jalan keluar melalui pengorbanan yang tak terbayangkan, sebuah pintu gelap perlahan terbuka di hadapannya.
Ia melangkah, menyerahkan dirinya pada misteri yang diselimuti kabut dan wewangian mistis. Di sana, di bawah bimbingan seorang juru kunci yang memikat, Ajeng memulai sebuah ritual kuno, sebuah tarian jiwa dan raga yang menuntut keberanian melampaui batas yang dikenalnya. Setiap langkah adalah penyerahan, setiap sentuhan adalah janji, dan setiap ikatan intim yang tercipta adalah bagian dari pelepasan yang tak terelakkan. Ia tahu, ada harga yang harus dibayar untuk berkah yang dicari, namun dalamnya jurang yang ia selami masih menjadi rahasia yang tersembunyi.
Sekembalinya, dunia memandang Ajeng dengan tatapan baru. Wajahnya bersinar, suaranya mengalun memikat, dan kehadirannya memancarkan gelombang energi yang tak terbantahkan, membangkitkan semangat dan gairah hidup di setiap jiwa yang ia sentuh. Kekayaan mengalir deras, membawanya kembali ke singgasana kemewahan. Namun, di balik semua keindahan itu, sebuah api yang jauh lebih dahsyat mulai berkobar di dalam dirinya, api yang tak pernah ada di Kamukus, api yang kini tak dapat ia kendalikan. Hasrat yang dulu tersembunyi, kini mengamuk, menuntut pemenuhan yang tak henti.
Ia mencari, dalam setiap bayangan pria yang melintas, dalam setiap sentuhan yang ditawarkan. Ia mencoba memadamkan api yang melahapnya, dengan segala cara, dengan siapa saja. Namun, setiap upaya hanya seperti setetes air di lautan yang terbakar, memicu ledakan yang lebih besar, meninggalkan kehampaan yang tak terperikan. Ia adalah ratu di atas singgasana emas, namun jiwanya terpasung, terikat pada sebuah kutukan yang tak terlihat, sebuah kebutuhan yang tak pernah bisa dipuaskan oleh dunia fana.
Kisah Ajeng adalah sebuah elegi bagi jiwa yang tersesat dalam pencarian berkah, sebuah perjalanan ke dalam labirin gairah yang tak berujung. Ia menemukan kekayaan, namun kehilangan dirinya, terjebak dalam kobaran api birahi yang abadi. Sebuah kisah tentang konsekuensi dari pengorbanan yang ekstrem, tentang keindahan yang memikat namun menyembunyikan kehancuran, dan tentang api yang, sekali menyala, takkan pernah padam.