Rabu Panah telah menjadi peta kain di dinding rumah Eirenaios. Titik-titiknya bertambah, garis-garisnya seperti urat daun. Anak-anak datang dan pergi, meninggalkan tulisan di kertas roti: “Aku bisa cepat di dalam,” “Aku menamai malu,” “Aku tidak apa saat merah.” Orang dewasa ikut duduk, sebagian karena anaknya, sebagian karena diri kecilnya yang dulu tidak sempat diajar pelan.