Pagi di Gang Karang selalu dimulai dari suara hal-hal kecil: denting sendok di gelas, sapuan sapu lidi, kicau kenari Ci Cici, siulan Om Dodo yang suka menyamakan nada dengan suara kompresor, dan dengkur halus seekor kucing di pangkuan Lala. Kucing itu, Mimi Mujay, masih membawa corak yang membuat semua orang berhenti dua detik untuk memperhatikan—garis-garis gelap bergulung di atas bulu perak, seperti kilau sisik mujair di bak penjual ikan. Ia nakal seperti mata angin di hari berlayar, dan manja seperti bantal yang selalu menemukan lehermu, bahkan saat kau tidak mencari.