Pagi itu, kabut menggelung rendah di atas sungai seperti selimut yang terlambat dilipat. Di jendela apartemen Éloi Marceau, pot herba milik Adèle Laurent menyeruakkan wangi basil. Di sisi lemari es, magnet menara Eiffel menahan dua kertas: sepucuk surat untuk diri sendiri dan sebuah foto hitam putih—bayangan kursi di trotoar, terang jatuh dari arah yang sama seperti dulu. Lima menit sebelum ia berangkat, Éloi berdiri di depan pintu, mengetuk kayu tiga kali—tak membatalkan risiko, hanya menyetel ritme.