Pagi itu matahari menepi, seakan sengaja memberi ruang pada awan untuk bernegosiasi dengan atap-atap kota. Di halaman kecil museum, anak-anak sekolah menancapkan bibit forget-me-not ke tanah yang baru dibalik. Satu demi satu, jari kecil mereka kotor, dan tawa mereka menjahit batas antara kehilangan dan bermain. Di dinding kaca, poster baru bertuliskan “Tiga Ketukan — Ingat, Periksa, Beri Jalan.” Desainnya sederhana, warna biru pucat dibiarkan dominan, ada kursi kosong yang dulu jadi pusat pameran, kini dipotret dari sudut lain: bukan sebagai singgasana duka, melainkan sebagai bangku menunggu bus.