Malam turun dengan cepat di atas dataran berbatu Kapadokya. Langit yang tadinya merah menyala berubah kelabu keunguan, dan angin dingin musim gugur berembus melalui lembah-lembah dengan suara menyerupai desahan. “Seperti suara napas orang mati,” gumam Emre Demir, seorang arkeolog muda dari Ankara, ketika ia menurunkan koper dari minibus tua yang membawanya ke desa kecil bernama Göremeç.