Ruli Setiawan menjalani dua kehidupan. Di rumah, ia adalah suami yang dicintai, pahlawan bagi Maya, istrinya yang tulus. Pelukan Maya adalah pelabuhan aman tempat ia bisa melepaskan semua beban, sebuah dunia sempurna yang dibangun di atas kehangatan dan kepercayaan. Namun di kantor, ia adalah cerita yang berbeda: seorang karyawan biasa yang selalu merasa selangkah di belakang, tenggelam dalam lautan angka dan ekspektasi yang tak pernah bisa ia penuhi sepenuhnya.
Dua atasannya, Ayu Utami dan Sarah Saraswati, adalah pusat dari semesta kantornya. Satu adalah api yang membakar dengan ambisi tenang, yang lain adalah es yang menusuk dengan tatapan tajam. Mereka adalah dua ratu di kerajaan korporat yang ia layani dengan rasa takut dan kekaguman. Ketika sebuah kesalahan fatal memaksa Ruli melakukan perjalanan dinas ke Bandung, mereka memutuskan untuk ikut serta, dengan satu alasan sederhana: untuk mengawasinya.
Perjalanan yang seharusnya menjadi tugas profesional berubah menjadi sebuah jebakan di tengah kesejukan Lembang yang terisolasi. Satu kamar hotel. Satu ranjang berukuran besar. Dan dua pasang mata yang kini tidak lagi menatapnya sebagai bawahan, melainkan sebagai sebuah proyek baru yang menarik. Di dalam kandang emas itu, aturan kantor tidak lagi berlaku, dan pintu menuju dunia yang tidak pernah ia kenal mulai terbuka.
Di antara dinding yang membisu, sebuah permainan berbahaya dimulai—permainan perintah dan kepatuhan, di mana setiap penolakan diredam oleh logika kekuasaan yang tak terbantahkan. Batas-batas mulai kabur saat rasa malu perlahan berubah menjadi sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih gelap dan adiktif. Ruli mulai menerima pelajaran yang tidak pernah ia minta: pelajaran tentang kekuasaan, tentang penyerahan diri, dan tentang kenikmatan yang lahir dari penghinaan.
Terjebak di antara dua kehendak yang tak bisa ia lawan, Ruli harus menghadapi pertanyaan paling mengerikan dalam hidupnya. Di satu sisi, ada kehangatan cinta Maya yang tulus menunggunya di rumah. Di sisi lain, ada neraka indah yang ditawarkan oleh dua dewinya. Ketika batas antara siksaan dan kenikmatan mulai lenyap, dan kepatuhan terasa lebih menggairahkan daripada perlawanan, pria manakah yang akan keluar dari kamar itu?
Contents:
Karyawan Biasa—1
Perintah yang Tak Terbantahkan—21
Gerbong Hening Whoosh—37
Kopi Pahit di Bandung—53
Kandang Emas di Lembang—69
Candaan Berbahaya—85
Bukti Kenikmatan—101
Pengakuan Pertama—117
Pemujaan yang Memalukan—133
Hukuman Manis—145
Tanggung Jawab—161
Aliansi Panas—177
Penaklukan Pertama—193
Utang yang Harus Dibayar—209
Fajar yang Berbeda—225
Perjalanan Pulang—241
Bayangan di Rumah—257
Topeng Jakarta—271
Haus yang Tak Terpuaskan—283
Epilog—295