Di Lembah Nauri, langit kerap disalin oleh air sungai—tenang ketika awan jinak, berkerut ketika angin berdebat. Sejak upacara panen yang menjahit kembali ingatan orang kampung dengan nyanyian Sereva, lembah menemukan ritme baru: jalan kerikil memutar, klinik bersuara lembut, pasar Sabtu bersenandung harga. Namun ketenangan adalah tamu yang malu-malu; ia datang dengan langkah halus dan pulang tanpa pamit begitu mendengar kabar yang lebih keras.