Musim panas turun seperti selendang merah di bahu pegunungan Zailiyskiy Alatau ketika sebuah paket kecil tiba, dibawa sopir pos yang selalu menanyakan kabar lebah. Di dalamnya, Ayan Nursultan menemukan selembar kertas berbau asin, sebentuk apel kering yang pipih, dan kalimat-kalimat rapi dalam bahasa yang tidak ia kuasai, diikuti terjemahan yang tersendat: “Kami menanam mata tunas Arman di kota pantai. Angin terlalu asin. Rasa menjadi asing. Tolong, ajari kami mendengar di sini.”