Pendekatan yang diusulkan menekankan bahwa Alkitab tidak boleh ditafsirkan secara harfiah, melainkan sebagai sumber alegori yang mengungkapkan prinsip-prinsip psikologis yang mendalam. Nama-nama Tuhan dan tokoh-tokoh Alkitab digunakan sebagai simbol yang menggambarkan hubungan antara kesadaran, imajinasi, dan transformasi realitas.
Penulis menunjukkan bahwa kisah-kisah yang terdapat dalam Alkitab berfungsi sebagai metafora untuk teknik berdoa, di mana ditekankan bahwa realitas dibentuk oleh asumsi individu. Kursus ini menawarkan alat praktis untuk menerapkan penafsiran-penafsiran ini dalam kehidupan sehari-hari, menantang persepsi-persepsi yang membatasi dan memungkinkan adanya pandangan baru tentang dunia.
Inti dari filosofi ini adalah gagasan bahwa untuk mencapai apa yang Anda inginkan, penting untuk melihat diri Anda sendiri sebagai orang yang telah memiliki apa yang Anda inginkan. Dengan menggunakan narasi Alkitab tentang berkat Ishak kepada Yakub, teks ini mengilustrasikan bagaimana menipu indera dan memvisualisasikan keinginan sebagai realitas yang telah dicapai dapat mengarah pada perwujudan tujuan. Praktik ini dibandingkan dengan teknik visualisasi yang melibatkan kondisi relaksasi dan pengulangan yang terfokus.
Selanjutnya, teks ini menganalisis peran kesadaran sebagai satu-satunya realitas, dengan menyatakan bahwa transformasi pribadi terjadi ketika seseorang meninggalkan konsepsi lama tentang dirinya sendiri. Pendekatan yang disajikan menunjukkan bahwa perubahan sejati harus bersifat internal dan individu harus membebaskan diri dari prasangka dan keterbatasan. Melalui visualisasi dan latihan mental, penulis mengusulkan bahwa adalah mungkin untuk mewujudkan keinginan dan menyelaraskan kesadaran dengan realitas yang diinginkan.
Buku ini menggali hubungan antara imajinasi dan penciptaan realitas, menggunakan contoh-contoh alkitabiah untuk menunjukkan bahwa hambatan eksternal menghilang ketika pikiran mencapai kondisi istirahat mutlak dalam keyakinannya. Dalam konteks ini, konsep “Sabat” dieksplorasi sebagai suatu kondisi ketenangan mental yang memfasilitasi pemenuhan keinginan dengan mudah.
Selain itu, teks ini juga membahas pentingnya mempertahankan pola pikir yang positif dan disiplin, dengan menyadari bahwa persepsi seseorang terhadap diri sendiri secara langsung memengaruhi realitas di sekitarnya. Perasaan dan keyakinan disoroti sebagai agen transformatif, menekankan bahwa identifikasi diri dengan cita-cita yang tinggi sangat penting untuk pemenuhan.
Praktik meditasi dan doa disajikan sebagai metode yang efektif untuk mendorong transformasi internal, di mana individu harus memvisualisasikan pemenuhan keinginan mereka dalam keadaan rileks. Rasa syukur disorot sebagai elemen kuat yang meningkatkan praktik ini, menyiratkan realisasi dari apa yang dicari.
Singkatnya, teks ini mengusulkan bahwa dengan menyadari cita-cita dan memelihara persepsi tentang diri sendiri yang telah diwujudkan, adalah mungkin untuk mengubah tidak hanya kehidupan seseorang, tetapi juga lingkungan sekitarnya. Perspektif ini mengundang refleksi tentang tanggung jawab individu dalam menciptakan realitas, menunjukkan bahwa perubahan eksternal harus dimulai dengan transformasi internal.
A.R.Ribeiro.
Pustaka Pemikiran Baru