Jika aku harus jatuh ke dalam neraka, aku bersumpah, aku akan menyeret mereka bertiga bersamaku. (Titik Balik di Dasar Neraka)

Pilihan 4: Manipulasi Psikologis

Aku membuat mereka gila. Mereka tidak lagi bercinta denganku; mereka bercinta dengan egonya masing-masing, dan aku adalah panggungnya. Aku adalah cermin yang memantulkan kembali apa yang ingin mereka lihat dari diri mereka sendiri. (Dosen Kembali Mengajar)

"Kalian pikir kalian menghancurkanku. Kalian hanya memberiku senjata. Kalian pikir kalian mengajariku untuk patuh. Kalian justru mengajariku cara untuk bertarung." (Pembalasan)

Di balik senyumnya yang anggun dan tatapan matanya yang cerdas, Ratih adalah sebuah fantasi yang berjalan di koridor kampus. Sebagai asisten dosen seni rupa yang paling dipuja, setiap gerak-geriknya adalah materi kuliah yang tak pernah ada di silabus, dipelajari dalam diam oleh para mahasiswa yang terpesona. Namun, di antara para pemujanya, ada tiga pasang mata yang menatapnya dengan intensitas berbeda; sebuah obsesi yang menunggu momen untuk menuntut "bimbingan" di luar jam perkuliahan. Mereka tidak hanya menginginkan ilmunya, mereka mendambakan sesuatu yang jauh lebih pribadi, sesuatu yang tersembunyi di balik blus sifon dan rok span yang sopan itu.

Sebuah kelalaian kecil, sebuah akun pribadi yang lupa ditutup di komputer kelas, menjadi kunci yang membuka kotak Pandora. Rahasia tergelap sang dosen—koleksi foto dan video pribadinya yang begitu intim dan liar—kini terhampar di hadapan mereka. Kekaguman yang polos seketika bermetamorfosis menjadi nafsu yang buas dan rasa kuasa yang memabukkan. Mereka kini memiliki materi skripsi yang paling berharga: kelemahan dosen cantik mereka. Dan mereka tahu, dengan materi ini, mereka tidak akan hanya lulus dengan nilai A, mereka akan menjadi dosen pembimbingnya.

Sesi "bimbingan" pertama tidak diadakan di ruang dosen yang steril, melainkan di atas ranjang panas yang disiapkan oleh ancaman dan pemerasan. Di sana, Ratih dipaksa untuk mempresentasikan "materi"-nya secara langsung. Setiap bab adalah penyerahan diri, setiap halaman adalah desahan yang tertahan. Ia bukan lagi penguji yang memegang pena merah, melainkan subjek penelitian yang setiap jengkal tubuhnya dinilai, setiap responsnya dicatat, dan setiap getarannya dianalisis di bawah tatapan lapar para mahasiswanya yang kini telah berubah menjadi predator.

Permainan menjadi semakin rumit ketika "bimbingan" ini berubah menjadi proyek kelompok. Satu predator tidaklah cukup untuk mengupas semua lapisan rahasia sang dosen. Ranjang panas itu kini harus menampung lebih banyak ego, lebih banyak hasrat, dan lebih banyak fantasi yang menuntut untuk diwujudkan. Ratih harus belajar membagi tubuhnya, membagi perhatiannya, menjadi dosen pembimbing bagi tiga mahasiswa yang masing-masing menginginkan "nilai" eksklusif darinya, mengubah sesi penyiksaan menjadi sebuah panggung sandiwara di mana ia adalah aktris utamanya.

Namun, mereka lupa satu hal. Seorang dosen, bahkan yang telah hancur sekalipun, pada dasarnya adalah seorang pengajar. Saat para mahasiswa itu mengira mereka sedang menulis bab terakhir dari skripsi kemenangannya, Ratih justru sedang menyusun tesis pembalasannya sendiri. Di atas ranjang panas yang sama tempat ia dihina, ia mulai memberikan pelajaran paling penting dari semuanya: sebuah bimbingan tentang konsekuensi. Pertanyaannya bukan lagi apakah ia akan lulus dari ujian mereka, melainkan apakah mereka akan selamat dari ujian akhir yang telah ia siapkan?

Contents:

Dua Wajah Bu Ratih—1

Dosa yang Terlupa—41

Ancaman di Ruang Gelap—59

Penyerahan Pertama—79

Lingkaran Setan Mahasiswa—95

Dua Predator Muda—113

Trio Iblis dari Kelas Pagi—133

Pesta Daging di Sarang Mahasiswa—153

Titik Balik di Dasar Neraka—173

Dosen Kembali Mengajar—193

Jebakan Terakhir—213

Pembalasan—233

Fajar Baru—253