Kasun Perera datang lebih awal dari biasanya, jam enam tepat, ketika kabut di luar masih tampak seperti kain kasa yang disampirkan pada atap-atap seng. Pabrik logistik di luar Kolombo itu selalu menyala terang bahkan sebelum matahari menyiapkan warna. Pintu gulung gudang C2 menggeram, mengangkat perut besi yang berkarat, dan hembusan udara dingin bercampur bau kardus baru menyentuh wajah Kasun.