Ketika musim hujan selesai menyisir genting-genting kota, kebun masonjoany di belakang rumah Hery berdiri seperti doa yang baru saja diucapkan. Daun-daunnya memantulkan cahaya pagi, dan anak-anak dari gang sebelah berlarian di antara bedeng katrafay dan semak ravintsara, tertawa seperti bel kecil. Tsiory berdiri di tepi kebun, memegang seruling bambu yang dibuat Merika dari valiha tua. Ia meniup pelan: suara air yang sabar merambat.