Malam turun tanpa sopan santun. Udara, yang semestinya hangat di punggung akhir musim, tiba-tiba menggigit seperti pisau yang disimpan di bawah bantal. Ayan Nursultan berdiri di tepi Rumah Hening, memandang kabut tipis yang melata di atas tanah. “Embun beku di bulan ini?” gumamnya, meraba daun muda yang dingin.