Pagi itu, kabut tipis melayang di atas lereng teras yang dibangun koperasi Langit Tersenyum. Di sela bunyi air yang menetes dari dinding geode, terdengar suara lain—halus, nyaris seperti dengung serangga. Adilet Toktobek uulu menghentikan langkah. Ia menempelkan telinga ke batu yang dinginnya mengingatkan pada punggung waktu.