Musim baru datang seperti seruling patah—nada-nadanya tidak bulat, ujungnya bergerigi. Air di Anavilhanas surut bukan pelan, melainkan seolah-olah ada mulut rahasia yang mengunyahnya dari bawah. Di dermaga desa, Tainá berdiri dengan dayung ukiran mata ikan yang diberikan Yaguara setahun lalu. Peta di kulitnya menggelisah; serat-serat arus yang dulu berbicara kini berbisik sangat pelan, seperti anak yang menahan napas agar tetap bersembunyi.