Di lembah tinggi yang diselimuti pinus dan bisik-bisik prayer flag, di mana angin membawa mantra dari mulut para pendeta dan dari lonceng yak yang berderik halus, ada sebuah desa bernama Rinchung. Di sanalah seorang anak gembala bernama Tenzin Dorje tumbuh bersama ibunya, Lhamo, dan adik perempuannya, Yangchen. Di lereng yang memeluk awan, ia mengenal nama-nama bukit seperti keluarga sendiri: Gyatso yang lebar, Lingpa yang selalu bergemuruh saat musim hujan, dan Chomolhari yang puncaknya memantulkan cahaya seperti mangkuk perak saat fajar.