Tidak ada peta untuk angin, kata orang. Ia datang dari celah yang kita lupa, memutar belok di sudut yang tak diberi nama, lalu menggambar huruf-huruf sementara di permukaan air. Namun suatu pagi, ketika kabut dari pelabuhan naik setipis kertas beras, Ng Hoi-yan meletakkan sebuah kertas di meja ruang baca komunitas: peta tanpa jalan dan gedung. Hanya garis-garis mengambang, bertuliskan kecil-kecil: hembus Timur jam 04.15, putar balik 06.20, gulung perlahan 08.03.