Angin gurun berdesing seperti seruling retak, mengangkat butir pasir dan mengeja nama-nama yang pernah hilang di lautan kuning: Taklamakan, altun, oase, karavan. Di kaki bukit pasir yang dinamai orang sebagai Bukit Tidur Unta, tumbuh sejenis kaktus yang di desa Yuehai disebut Qianci—seribu duri. Nenek-nenek paling tua menyebutnya sebagai qianci du, sang kaktus beracun yang hanya bermekaran sekali dalam satu masa hidup manusia. Katanya, ketika mekar, kelopaknya memantulkan cahaya bulan seperti sisik ikan, dan siapa pun yang menyentuh getahnya akan merasakan nyeri yang menyusup pelan, bagai penyesalan yang tak selesai. Namun, di sisi lain racun itu adalah obat—jika ditakar dengan benar, ia menyelamatkan napas terakhir orang yang demam di ambang kematian.