Luana Bezerra berdiri di depan papan tulis—papan yang kian penuh coretan. Di sana terdapat peta Rio Negro dan anak-anak sungainya: garis-garis biru, beberapa dicoret merah. “Ini aliran yang mati,” katanya pelan, “bukan sungainya, tapi kebiasaan-kebiasaan kita yang membuatnya berhenti bernapas.”