Sungai Rawai tidak hanya mengajarkan cara bergerak—ia mengajar cara menunggu. Setelah Regata Khatulistiwa, Mahligai di Air kembali menjadi rumah yang bergerak, perpustakaan, dan jembatan hati. Tetapi waktu, seperti air, selalu menguji nama. Pada musim kering paling panjang dalam dua puluh tahun terakhir, orang-orang Rawai belajar menjaga bukan hanya perahu, melainkan ingatan yang dibawanya.